Pada mekanisme konversi energi
elektromekanik, baik itu berupa konversi energi listrik ke energi mekanik maupun konversi energi mekanik ke energi listrik memerlukan medan magnet
yang berfungsi sebagai tempat
penyimpan energi dan sebagai
media penghubung proses perubahan energi itu sendiri. Hukum Faraday dan Gaya Lorentz
diterapkan
untuk kegiatan konversi energi ini. Pada proses
kerja dari suatu mesin listrik (generator dan
motor listrik) merupakan prinsip dasar dari konversi energi
elektromekanik.
Gambar 1.7 Prinsip konversi energi elektromekanik
Semua energi listrik dan energi mekanik mengalir
ke dalam mesin,
dan hanya sebagian
kecil dari
energi listrik dan energi mekanik yang mengalir keluar mesin (terbuang) ataupun disimpan di dalam mesin itu sendiri. Energi yang terbuang tersebut dalam bentuk panas.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa apabila sebuah konduktor dengan
panjang L yang digerakkan tegak lurus sepanjang ds, kemudian
konduktor tersebut memotong
medan magnet
dengan kerapatan fluksi B, maka
perubahan fluksi pada konduktor dengan
panjang L yaitu sebagai berikut.
d(fluksi) = B × L × ds
Berdasarkan Hukum Faraday: ggl = e = d(fluksi)
Maka: dt
e = B × L × ds , karena
ds merupakan v (kecepatan), maka:
dt dt
e = B × L × v
Berdasarkan persamaan tersebut, apabila pada sebuah media medan magnet diberikan energi mekanik untuk menghasilkan kecepatan (v) pada sebuah kawat penghantar (konduktor) dengan panjang L, maka pada kawat penghantar tersebut akan timbul gaya gerak listrik (GGL). Ini merupakan prinsip kerja dari generator listrik.
Arus Hambatan dan Tegangan Listrik
1.
Arus Listrik
Arus listrik merupakan aliran elektron yang secara terus-menerus
dan berkesinambungan mengalir pada kawat
penghantar akibat adanya
perbedaan jumlah elektron pada beberapa
lokasi yang jumlah
elektronnya tidak sama.
Arus listrik bergerak
dari terminal
positif (+) ke terminal negatif
(-), sedangkan aliran listrik pada kawat penghantar terdiri atas
aliran elektron yang
bergerak dari terminal negatif (-) ke terminal positif(+), arah arus listrik dianggap
berlawanan dengan arah gerakan elektron. Satuan arus listrik
adalah Ampere (A).
Satu amper arus adalah mengalirnya elektron sebanyak 624 × 1016 (6,24151 × 1018) atau = 1 Coulumb per detik melewati suatu penampang kawat penghantar. Rumus arus listrik yaitu sebagai berikut:
I = besarnya arus listrik yang mengalir (Ampere)
Q = besarnya muatan listrik (Coulomb)
t = waktu (detik)
Kuat arus listrik merupakan jumlah elektron bebas yang berpindah melewati suatu penampang kawat penghantar dalam satuan waktu.
Rapat arus ialah besarnya arus listrik tiap-tiap mm² luas penampang kawat. Arus listrik mengalir pada kawat penghantar merata sesuai luas penampangnya. Misalkan terdapat arus listrik sebesar 12 A mengalir pada kawat penghantar dengan penampang 4 mm², maka terdapat kerapatan arus 3 A/mm² (12 A/4 mm²). Pada saat penampang kawat penghantar diganti dengan yang lebih kecil 1,5 mm², maka kerapatan arusnya menjadi 8 A/mm² (12A/1,5 mm²).
Kerapatan arus juga berpengaruh terhadap
kenaikan temperatur. Suhu pada kawat penghantar
dipertahankan sekitar 300 °C. Kemampuan hantar arus kawat penghantar sudah terdapat ketetapan pada Tabel.
Pada tabel 1.3 terlihat, kawat penghantar dengan penampang 4 mm², dua inti kabel
terdapat KHA 30 A, memiliki
kerapatan arus 8,5 A/mm². Rapat arus berbanding terbalik dengan penampang kawat penghantar, semakin besar penampang kawat penghantar rapat arusnya
makin kecil.
Tabel 1.3 Kemampuan Hantar Arus (KHA)
Penampang
Penghantar (mm2) |
Kemampuan Hantar Arus (A) |
|||
Kelompok B |
Kelompok C |
|||
Jumlah Penghantar |
||||
2 |
3 |
2 |
3 |
|
1,5 2,5 4 6 10 16 25 |
16,5 23 30 36 52 69 90 |
15 20 27 34 46 62 80 |
19,5 27 36 46 63 85 112 |
17,5 24 32 41 57 76 96 |
Berikut merupakan rumus perhitungan besarnya
rapat arus, kuat arus, dan penampang kawat.
Keterangan:
J = rapat arus (A/mm²)
I = kuat arus (Ampere)
A = luas penampang
kawat (mm²)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar